Monday, October 1, 2012

Rasa Unik dari Kopi Luwak

Menurut Massimo Marcone, peneliti kopi dari Universitas Guelph di Kanada, pada jurnal yang diterbitkan oleh Food Research International, pencernaan Luwak terdapat kandungan protein sehingga rasa kopi luwak ini sangat unik dan tidak ditemukan di pengolahan kopi lainnya. Rasa yang unik ini berasal dari percernaan Luwak di mana bahan kimia dan pengolahan fermentasi alami dilakukan oleh enzim dan bakteri di dalam pencernaan luwak. Melalui proses ini juga lebih rendah kafein dan tingkat keasaman sehingga bahkan Anda dapat minum 5 gelas atau lebih sehari tanpa masalah kesehatan. Bubuk yang lembut dan memiliki rasa seperti kakao atau karamel. Kopi luwak merupakan salah satu Kopi termahal di dunia.

Apa itu Kopi Luwak?

Kopi luwak siap-untuk-minum kopi diproduksi sebagai hasil dari proses mencerna Luwak. Menurut definisi, jenis kopi (arabika, Jamaika, Brasil, dll) yang diproses oleh sistem pencernaan Luwak adalah kopi luwak. Luwak adalah mamalia kecil yang tinggal di pedalaman hutan. Di Indonesia, mereka menghuni hutan lebat dan perkebunan kopi Sumatera (sebagian besar di Propinsi Lampung) dan provinsi Jawa. Mamalia ini adalah hewan terbaik dalam memilih buah kopi yang telah matang. Mereka tahu betul mana buah kopi matang dan siap untuk dimakan.

Berdasarkan pengalaman para pengamat, petani skala kecil memelihara Luwak di kandang di halaman rumah mereka. Paradoxurus Hermaphroditus merupakan specie terbaik untuk memproduksi kopi luwak. Petani memberi mereka makan dengan menyebarkan buah kopi yang sudah matang di kandang mereka dan membiarkan mereka memilih buah terbaik untuk makan. Beberapa jam setelah makan, Luwak akan buang air dan hasil dari percernaanya terdapat biji kopi. Petani kemudian mengumpulkan biji kopi, mencuci, dan mengolahnya sedemikian rupa dan memanggangnya sehingga kopi memiliki rasa yang unik. Beberapa petani menyimpan kopi ini terus selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun hanya untuk mengurangi asam dan tingkat kafein.

Cara penyajian

Secara umum, penyajian kopi luwak tidak berbeda dengan jenis lain dari kopi. Air panas 95-98 derajat celcius adalah suhu yang ideal, dan masukkan bubuk kopi (+ 8 gram) ke dalam cangkir (140-160 cc air panas). Anda juga dapat mencampurnya dengan susu, creamer, almond, cokelat, karamel, gula, es krim, atau kopi hitam, tergantung selera anda masing-masing dan tidak akan mengurangi rasa dari kopi yang unik ini.

Para pedagang, menawarkan Kopi Luwak ini dalam berbagai rasa, seperti aroma tanah eksotis, kayu manis diwarnai dengan rasa pahit, sedikit bau kopi mentah, dan banyak lagi.

Sunday, September 30, 2012

Kopi Luwak

Kopi luwak adalah kopi Indonesia yang berasal dari hutan-hutan di Sumatera dan Jawa. Binatang yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Luwak ( dalam bahasa Inggrisnya Luwak Palm Asia) ini memakan biji kopi di daerah Sumatera dan Jawa. Luwak hidup di pohon-pohon dan salah satu makanan favorit mereka adalah ceri, kopi merah matang. Mereka makan ceri, kacang dan semua. Sementara biji kopi dalam perut Luwak, itu mengalami fermentasi. Luwak kemudian mencerna dan mengeluarkan biji kopi sebagai kotorannya. Kotoran dari Luwak dikumpulkan oleh petani dan biji kopi yang dicerna sebagian dikumpulkan, dibersihkan (jelas!) dan dikeringkan. Sisa dari proses produksi kurang lebih mirip dengan proses produksi kopi normal. Hanya pemanggangan biji kopi yang sedikit berbeda. Kopi luwak umumnya hanya memerlukan sedikit api panggangan. Idenya adalah untuk menjaga rasa alaminya agar tidak hilang. Kopi luwak, secara harfiah, berarti kopi dari Luwak. Alasan mengapa para pecinta kopi menyukai jenis kopi Luwak ini karena kopi memiliki rasa yang berbeda. Kopi Luwak tidak pahit seperti kopi normal dan itu jauh lebih seimbang. Banyak yang percaya bahwa terdapat enzim pada pencernaan luwak yang merubah biji kopi, sehingga memiliki rasa yang nikmat.

Banyak orang telah mencoba untuk mengontrol proses pembuatan kopi luwak tetapi hanya memiliki rasa yang terbatas. Untuk membuat Kopi luwak petani harus menjaga daerah yang sangat besar untuk Luwak untuk mencari buah yang matang (karena tidak berhasil dengan baik apabila terbatas di tempat-tempat kecil). Kita harus ingat bahwa biji kopi alami berasal dari proses pencernaan luwak itu. Jadi, ketika kotoran dari Luwak dicari dan dikumpulkan, maka harus dibersihkan dari semua kotoran lainnya. Dalam pembuatan Kopi luwak, membutuhkan tenaga seorang yang sudah ahli di bidang pembuatan Kopi. Faktor-faktor inilah yang membuah kopi Luwak menjadi salah satu kopi termahal di dunia. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk menghasilkan kopi luwak dengan cara lain namun varian ini dijual dengan harga yang jauh lebih murah serta biasanya dijual di pasar Indonesia atau Vietnam. Para peneliti mengidentifikasi bahwa luwak memiliki enzim pada pencernaannya sehingga dapat memfermentasi biji Kopi. Hasilnya adalah Kopi Luwak nikmat yang rasanya berbeda dari kopi biasa dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Saturday, September 29, 2012

Sejarah Kopi Luwak di Indonesia

Kopi Luwak Indonesia
Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari di seluruh dunia, baik pria maupun wanita, tua ataupun muda. Banyak orang yang rela membayar mahal hanya untuk secangkir kopi yaitu kopi luwak yang nikmat sekali. Kopi luwak merupakan kopi yang berasal dari Indonesia. Kopi ini berasal dari biji kopi yang berasal dari kotoran Luwak. Biji kopi luwak ini diyakini memiliki cita rasa yang berbeda dari kopi lainnya setelah dimakan dan dicerna oleh Luwak. Kopi Luwak sudah lama diketahui di Asia Tenggara, namun baru terkenal di dunia setelah dipublikasikan pada tahun 1980-an oleh peminan kopi gournet. Biji Kopi Luwak merupakan biji kopi termahal didunia, yang harganya mencapati 100$ per 450 gram.

Luwak
Luwak merupakan sejenis musang yang memiliki nama latin Paradoxurus hermaphoroditus yang memakan buah kopi sebagai salah satu makanan favoritnya. Dengan indera penciumannya yang tajam, luwak dapat memiliki buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya hanya bagian daging buahnya saja yang dicerna oleh luwak sedangkan biji kopi yang dilindungi kulit keras tidak akan dicerna dan akan akan keluar bersama kotoran luwak yang kemudian diolah menjadi kopi. Luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga biji kopi yang keras tidak dapat dicerna. Biji Kopi luwak sangat diburu karena diyakini sebagai kopi terbaik dan telah difermentasi secara alami dalam sistem perncernaan luwak. Beberapa peneliti dari Kanada membuktikan bahwa terdapat kandungan Protein dalam perut Luwak yang membuat Kopi berfermentasi dan matang lebih sempurna. Sehingga rasanya pun lebih nikmat. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.

Sejarah awal kopi luwak terkait erat dengan pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan kopi arabika yang bibitnya didatangkan dari Yaman. Pada era Cultuurstelsel (1830-1870), Belanda melarang para pekerja mengambil buah kopi untuk mereka konsumsi, namun para penduduk lokal ingin mencoba kopi Arabika yang terkenal itu. Kemudian para pekerja menemukan hewan sejenis musang yang senang memakan buah kopi, namun hanya daging buahnya saja yang dimakan sedangkan kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan ikut terbuang melalui kotoran. Biji kopi dalam kotoran Luwak ini selanjutnya diambil, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian disedu dengan air panas, maka terciptalah kopi Luwak. Berita tentang kenikmatan kopi Luwak ini akhirnya didengar oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka selanjutnya kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kopi luwak ini langka dan proses pembuatannya yang tidak lazim, Kopi luwak ini pun menjadi salah satu kopi termahalm di dunia sejak zama kolonial.

Tuesday, September 6, 2011

Sejarah Kopi di Indonesia

Kopi
Diperkirakan para peziarah muslim yang kembali dari Timur Tengah membawa biji kopi mereka ke India pada awal abad 16. Pada catatan tertulis bahwa Gubernur Belanda di Malabar (India) mengirim bibit kopi Yemen atau kopi Arabica kepada Gubernur Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1696. Karena banjir di Batavia benih pertama yang dikirim gagal tumbuh. Pengiriman benih kopi kedua dilakukan pada tahun yang sama dan dapat tumbuh dengan baik. Pada tahun 1711, exsport pertama dikirim dari Java ke Eropa oleh Perdagangan Timur India yang dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst-Indies Copmany), yang dibentuk pada tahun 1602. Dalam 10 tahun berikutnya, eksport meningkat menjadi 60 ton per tahunnya. Indonesia merupakan negara pertama diluar Arab dan Etiopia yang menanan secara besar-besaran. VOC memonopoli perdagangan kopi pada tahun 1725 sampai 1780.

Logo VOC
Melalui pelabuhan Batavia kopi dikirimkan ke Eropa. Semenjak 397 SM, ketika Raja Purnawarman mendirikan kota tersebut yang ia sebut Sunda Kelapa, telah berdiri sebuah pelabuhan di muara sungai Ciliwung. Dewasa ini, di daerah kota Jakarta, seseorang dapat menemukan gema-gema dari warisan yang mengarungi lautan dan membangun kota tersebut. Musium Bahari menduduki suatu gudang pendahulu dari VOC, yang digunakan untuk menyimpan rempah-rempah dan kopi. Menara Syahbandar dibuat sekitar tahun 1839 untuk menggantikan tiang bendera yang berada di kantor kepala syahbandah, dimana kapal-kapal VOC mengisi muatan mereka.

Pada tahun 1700, kopi yang dikirim dari Batavia dijual dengan harga 3 Gulden per kilogram di Amsterdam. Dikarenakan Pendapatan tahunan di Holland pada tahun 1700-an adalah antara 200 sampai 400 Golden, yang sekarang ini sama dengan beberapa ratus dollar per kilogramnya. Pada akhir tahun 1800-an , harga kopi jatuh sampai 0.6 Golden per kilogram dan kebiasaan meminum kopi ini pun menyebar dari kaum elit kepada masyarakat biasa.

Perdagangan kopi sangat menguntungkan bagi VOC, namun tidak demikian dengan para petani kopi Indonesia yang dipaksa oleh pemerintah kolonial. Sebenarnya, ekspor produksi perkebunan ditujukan untuk menyediakan uang tunai bagi rakyat desa di Jawa sebagai penghasilan untuk membayar pajak mereka, teori ini dikenal dengan nama Culturstelsel (Sistem Penanaman), dan didalamnya termasuk rempah-rempah dan cakupan luas dari hasil bumi lain yang diproduksi oleh Negara tropis. Pada produk kopi dimulailah Cultur Stelsel di daerah Preanger Jawa Bara. Namun, dalam prakteknya pemerintah kolonial mematok harga yang sangat rendah dan mereka pun mengalihkan para pekerja dari memproduksi beras ke kopi. Hal ini yang menyebabkan para petani menderita.

Pertenganan abad ke17 di daerah Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor, VOS memperluas kebun kopi arabica. Tahun 1750 kopi pertama ditanam di Sulawesi. Kopi pertama ditanam di dekat danau Toba pada tahun 1888 di daerah Dataran Tinggi Sumatera Utara yang diikuti oleh Aceh daerah Dataran Tinggi Gayo dekat denga danau Laut Tawar Lake sekitar tahun 1924.

Kebun Kopi

Pada tahun 1860, Eduard Douwes Dekker pejabat kolonial Belanda, menulis sebuah buku yang berjudul "Max Havelaar dan Lelang Kopi pada Perusahaan Perdagangan Belanda", yang membahas masalah tentang tekanan terhadap rakyat desa yang dilakukan oleh pejabat-pejabat koruptor dan tamak. Buku ini membantu opini masyarakat Belanda pada "Sistim Penanaman "dan kolonialisme secara umum. Salah-satu organisasi perdagangan pasar bebas, baru-baru ini mengadopsi nama Max Havelar.

Pada akhir abad ke-18, kolonialis Belanda mendirikan perkebunan besar di daerah Ijen Plateau Jawa Timur. Namun, karena penyakit karat daun yang menyerang Indonesia melenyapkan hampir seluruh kultivar Typica pada tahun 1876. Pada tahun 1900-an Kopi Robusta (C. Canephor variasi Robusta) diperkenalkan di Jawa Timur sebagai penggantinya terutama untuk ketinggian-ketinggian yang lebih renda, karena serangan karat daun yang parah.

Petani di seluruh Indonesia mulai menanam kopi sebagai hasil bumi yang diperdagangkan pada tahun 1920. Perkebunan-perkebunan di Jawa dinasionalisasikan pada hari kemerdekaan dan diperbaharui oleh variasi-variasi baru dari Kopi Arabika pada tahun 1950. Variasi ini juga diadopsi oleh para petani penggarap lewat pemerintah dan berbagai program pembangunan. Sekarang ini, lebih dari 90% dari kopi-kopi Arabika Indonesia yang dihasilkan oleh para petani di Sumatera Utara, di kebuh yang luasnya rata-rata hampir 1 hektar. Produksi kopi arabika tahunan adalah sekitar 75,000 ton dan 90 % yang ditujukan untuk ekspor. Kopi-kopi arabika dari negara kebanyakan mempunyai segmen pasar khusus .

 
© Copyright 2035 Kopi Luwak
Theme by Yusuf Fikri